Contents
- 1 Habitat Asli Asterias rubens: Rumah Nyaman di Lautan Dingin
- 2 Apakah Asterias rubens Bisa Dipelihara?
- 3 Bagaimana Asterias rubens Bertahan Hidup?
- 4 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Asterias rubens
- 5 Fakta Menarik tentang Asterias rubens yang Jarang Dibahas
- 6 Peran Ekologis Asterias rubens dalam Laut
- 7 Penutup
- 8 Author
Saya masih ingat waktu pertama kali lihat Asterias rubens, bintang laut merah, di sebuah akuarium publik di Eropa. Warnanya mencolok banget, merah keoranyean, dan bentuknya khas dengan lima lengan yang simetris. Jujur, awalnya saya kira semua bintang laut sama saja, tapi ternyata yang satu ini punya cerita hidupnya sendiri.
Buat saya pribadi, mengamati makhluk laut seperti ini tuh kayak baca buku misteri. Semakin dilihat, semakin banyak hal yang bikin penasaran. Dari habitat aslinya, cara dia makan, sampai pertanyaan sederhana tapi bikin mikir: emang bisa nggak sih bintang laut kayak gini dipelihara di rumah?
Nah, di artikel ini saya bakal cerita pengalaman, pengetahuan, plus beberapa momen “gagal paham” saya soal si Asterias rubens ini. Jadi siap-siap ya, kita bakal menyelam bareng ke dunia unik bintang laut merah.
Habitat Asli Asterias rubens: Rumah Nyaman di Lautan Dingin
Kalau ngomongin habitat, Asterias rubens itu tipikal penghuni laut dingin. Dia banyak ditemukan di Samudra Atlantik Timur Laut, termasuk perairan Laut Utara, Teluk Biscay, sampai pesisir Norwegia. Kadang juga nongol di daerah pesisir Inggris, bahkan sampai pesisir barat Laut Baltik.
Saya pernah baca catatan riset kalau mereka biasanya hidup di kedalaman antara 0 sampai 200 meter, tapi bisa juga ketemu lebih dalam lagi. Yang bikin menarik, mereka suka menempel di batu, karang, atau dasar pasir. Kalau kamu pernah snorkeling di daerah dingin (jarang sih orang Indonesia nyelam ke laut dingin kecuali lagi traveling jauh), mungkin bisa ketemu sama spesies ini Wikipedia.
Nah, yang unik, habitat mereka nggak cuma sebatas “tempat tinggal.” Asterias rubens juga jadi bagian penting dari ekosistem. Dia predator, terutama kerang-kerangan kayak remis dan tiram. Jadi bayangin aja, bintang laut merah ini semacam “polisi kecil” yang bantu menjaga populasi biota lain biar nggak overpopulasi.
Waktu pertama kali saya tahu fakta itu, saya agak kaget. Bintang laut yang terlihat kalem ternyata pemangsa ulung. Diam-diam mematikan juga ternyata.
Apakah Asterias rubens Bisa Dipelihara?
Nah, ini bagian yang bikin saya mikir panjang. Banyak orang yang kepikiran buat memelihara bintang laut. Bentuknya unik, warnanya cantik, jadi kayak pajangan hidup di akuarium. Tapi, apakah si Asterias rubens ini cocok dipelihara?
Jawaban jujur saya: nggak gampang, bahkan cenderung nggak direkomendasikan.
Kenapa? Karena dia butuh lingkungan yang mirip banget sama habitat aslinya. Bayangin aja, harus ada air laut dengan kadar garam tertentu, suhu dingin stabil, oksigen cukup, plus makanan alami berupa kerang hidup.
Saya pernah ngobrol sama seorang teman yang coba-coba pelihara bintang laut (bukan Asterias rubens sih, tapi spesies tropis). Hasilnya? Gagal total. Katanya, bintang lautnya cuma bertahan beberapa minggu sebelum mati. Gara-gara apa? Ya karena kondisi akuarium susah banget nyamain sama laut asli.
Kalau soal Asterias rubens, lebih sulit lagi. Karena habitatnya laut dingin, jadi butuh sistem pendingin khusus di akuarium. Belum lagi, makanannya bukan pelet atau pakan biasa, tapi harus kerang hidup. Jadi kalau kamu mikir mau pelihara cuma buat estetika, lebih baik urungkan niat. Kasihan hewan lautnya.
Bagaimana Asterias rubens Bertahan Hidup?
Ini bagian yang paling bikin saya takjub. Asterias rubens punya cara bertahan hidup yang beda banget dengan hewan lain.
Pertama, soal sistem makan. Bintang laut ini nggak punya mulut kayak ikan. Dia pakai perut yang bisa keluar dari tubuhnya untuk “menyedot” isi kerang atau moluska. Bayangin deh, perutnya bisa keluar, masuk ke dalam cangkang kerang, terus menyerap dagingnya. Agak ngeri sih, tapi keren juga.
Kedua, dia punya kemampuan regenerasi. Jadi kalau salah satu lengannya putus, bisa tumbuh lagi. Saya dulu sempat mikir ini mitos, tapi ternyata nyata. Bahkan, ada laporan kalau satu lengan saja, asal masih ada bagian pusat tubuhnya, bisa tumbuh jadi individu baru.
Ketiga, daya tahannya luar biasa. Asterias rubens bisa hidup di berbagai kondisi dasar laut, dari pasir, lumpur, sampai karang. Mereka juga bisa bertahan di suhu rendah, bahkan saat kondisi laut lagi nggak bersahabat.
Yang paling saya kagumi adalah “kesabaran” mereka. Asterias rubens bisa bergerak sangat lambat dengan kaki tabung kecilnya, tapi tetap sukses berburu mangsa. Di dunia yang serba cepat kayak sekarang, hewan ini kayak ngajarin kita: pelan-pelan aja, yang penting konsisten.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Asterias rubens
Setelah mengenal lebih jauh, saya jadi merasa ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari bintang laut merah ini. Misalnya:
Kesabaran itu kekuatan.
Mereka lambat, tapi tetap bisa bertahan. Hidup nggak selalu harus buru-buru.Regenerasi itu penting.
Asterias rubens mengingatkan saya kalau kehilangan bukan akhir. Kadang, yang hilang bisa tumbuh lagi, entah dalam bentuk lain.Lingkungan harus dijaga.
Mereka cuma bisa hidup kalau ekosistem lautnya sehat. Kalau laut rusak, mereka juga punah. Sama seperti kita manusia, nggak bisa lepas dari alam.Nggak semua yang cantik bisa dipelihara.
Banyak orang kepingin bintang laut ini buat hiasan akuarium. Tapi keindahan kadang lebih baik dinikmati di tempat aslinya, bukan dipaksa dibawa pulang.
Fakta Menarik tentang Asterias rubens yang Jarang Dibahas
Ada beberapa hal unik dari bintang laut merah ini yang kadang luput dari perhatian orang. Waktu saya pertama kali baca jurnal tentang mereka, rasanya kayak buka “fun facts” yang bikin senyum-senyum sendiri.
Pertama, warna tubuhnya bisa berubah tergantung lingkungan. Biasanya merah-oranye cerah, tapi kalau sering berada di dasar pasir yang agak gelap, warnanya bisa cenderung kusam. Jadi jangan heran kalau lihat Asterias rubens di alam bebas dengan warna agak berbeda dari yang ada di akuarium.
Kedua, mereka punya ribuan kaki tabung kecil di bagian bawah tubuh. Nah, kaki-kaki inilah yang bikin mereka bisa bergerak (meskipun super lambat). Saya pernah lihat tayangan video time-lapse, dan wow, ternyata mereka bisa berpindah lumayan jauh kalau ditungguin beberapa jam. Jadi jangan salah, meski keliatannya statis, mereka tuh “traveller sejati” di dasar laut.
Ketiga, cara mereka bernapas juga menarik. Mereka nggak punya paru-paru, melainkan sistem pernapasan yang sederhana banget: pakai kulit. Gas oksigen bisa langsung masuk lewat permukaan tubuh mereka. Efisien banget kan? Kayak hidup hemat energi.
Peran Ekologis Asterias rubens dalam Laut
Saya sempat ngobrol (hipotesis, nih) sama seorang penyelam penelitian di Norwegia. Dia bilang kalau bintang laut merah itu bukan sekadar “hiasan laut,” tapi punya peran besar di rantai makanan. Mereka memakan kerang, remis, bahkan moluska lain, sehingga populasi hewan-hewan itu nggak meledak.
Bayangin kalau Asterias rubens hilang dari ekosistem. Kerang bisa berkembang biak tanpa kontrol, menutupi dasar laut, dan akhirnya mengganggu biota lain. Jadi, meskipun kecil dan terlihat sederhana, mereka itu semacam “manajer ekosistem” di habitatnya.
Saya jadi mikir, sering banget kita manusia ngelihat sesuatu cuma dari luar: indah atau nggak. Padahal, yang nggak kelihatan justru fungsinya lebih besar. Kayak Asterias rubens ini.
Penutup
Asterias rubens memang bukan hewan yang bisa dengan mudah kita temui sehari-hari, apalagi di Indonesia. Tapi dengan mengenalnya, kita jadi sadar betapa luas dan beragamnya kehidupan laut di dunia. Dari habitatnya yang dingin, cara makannya yang unik, sampai daya regenerasinya yang luar biasa, semuanya bikin saya merasa kecil di hadapan kebesaran alam.
Kalau ada satu hal yang bisa saya garis bawahi dari pengalaman belajar tentang Asterias rubens ini: jangan pernah meremehkan hal kecil di alam. Kadang, yang terlihat sederhana justru menyimpan pelajaran paling dalam.
Baca fakta seputar : Animals
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Kadal Lidah Biru: Pengalaman Seru Merawat Si Reptil Unik di Rumah