Contents
- 1 Sinopsis Snakes on a Plane: Sesimpel dan Segila Itu
- 1.1 Kenapa Film Ini Sangat Menegangkan?
- 1.2 Keunikan Snakes on a Plane: Konyol Tapi Serius
- 1.3 Keseruan Menonton Snakes on a Plane: Guilty Pleasure Maksimal
- 1.4 Part Menegangkan yang Paling Membekas Buat Saya
- 1.5 Pelajaran yang Saya Ambil dari Film Snakes on a Plane
- 1.6 Apakah Film Ini Layak Ditonton?
- 1.7 Kesimpulan
- 2 Author
Jujur ya, pertama kali saya denger judul “Snakes on a Plane”, saya pikir ini semacam film komedi low budget yang nggak layak ditonton. Maksudnya, ular di pesawat? Serius? Tapi entah kenapa rasa penasaran saya justru makin menjadi. Akhirnya saya nonton juga—dan ternyata… saya nggak bisa berhenti nonton.
Movie ini aneh, absurd, tapi juga sangat tegang. Saking tegangnya, saya sempat berdiri dari sofa dan jalan-jalan sebentar cuma buat nenangin diri. Dan itu baru setengah jalan filmnya!
Film ini dirilis tahun 2006, dibintangi oleh Samuel L. Jackson, dan disutradarai oleh David R. Ellis. Waktu itu, hype-nya di internet lumayan besar, terutama karena judulnya yang “to the point” banget. Tapi ya, siapa sangka film dengan premis sesederhana itu bisa jadi pengalaman nonton yang memorable banget.
Sinopsis Snakes on a Plane: Sesimpel dan Segila Itu
Film ini dibuka dengan cerita tentang seorang saksi pembunuhan, Sean, yang melihat pembunuh kejam bernama Eddie Kim melakukan eksekusi brutal terhadap seorang jaksa di Hawaii. Sean kemudian harus diterbangkan ke Los Angeles bersama agen FBI Neville Flynn (diperankan Samuel L. Jackson) untuk bersaksi di pengadilan tribunnews.
Nah, karena Eddie Kim ini licik dan kejam, dia punya rencana buat membunuh Sean di dalam pesawat. Tapi bukan dengan cara konvensional kayak nembak atau sabotase mesin—nggak, dia malah menyelundupkan ratusan ular berbisa ke dalam bagasi pesawat.
Dan ya, sesuai judulnya, ular-ular itu dilepas di tengah penerbangan. Dari situ, kekacauan dimulai.
Kenapa Film Ini Sangat Menegangkan?
Tegangnya film ini tuh beda, ya. Bukan yang penuh misteri atau teka-teki. Tapi lebih ke adrenalin dan ketegangan fisik, kayak nonton film survival atau bencana alam. Setiap menitnya, kamu dibuat tegang karena kamu nggak tahu ular itu bakal muncul dari mana lagi.
Tiba-tiba ada ular di dalam toilet.
Tiba-tiba ada ular di dalam bagasi kabin.
Tiba-tiba ular masuk ke dalam AC dan jatuh ke kepala penumpang.
Yang bikin makin tegang adalah pesawat itu tertutup, artinya penumpang dan kru nggak punya jalan keluar. Mereka terjebak di atas udara ribuan kaki di atas permukaan laut… bersama ratusan ular yang agresif.
Saya pribadi sempat mencengkeram bantal selama beberapa adegan—terutama waktu seorang ibu yang membawa bayinya nggak sadar ada ular di bawah kakinya. Asli, itu ngeri banget. Meskipun kita tahu ini “hanya film,” tapi sensasi klaustrofobia dan perasaan terjebak itu kerasa banget.
Keunikan Snakes on a Plane: Konyol Tapi Serius
Yang membuat film Snakes on a Plane unik dan tetap dibicarakan sampai sekarang adalah tone-nya yang agak campur aduk tapi justru jadi daya tarik.
Di satu sisi, ini film thriller survival. Tapi di sisi lain, film Snakes on a Plane kadang kayak sadar bahwa dia absurd banget dan itu justru dipakai sebagai hiburan.
Samuel L. Jackson, misalnya, tampil maksimal dengan gaya khasnya yang galak tapi cool. Salah satu kalimatnya bahkan jadi ikonik banget:
“I’ve had it with these motherfing snakes on this motherfing plane!”
Kalimat itu nggak ada di naskah awal, tapi dimasukkan karena fans internet mendesaknya. Dan ternyata, itu justru jadi punchline yang bikin film Snakes on a Plane makin memorable.
Selain itu, keragaman penumpang di pesawat juga bikin cerita lebih hidup: ada ibu dan bayi, pasangan honeymoon, rapper terkenal dan bodyguard-nya, pilot veteran, dan pramugari senior. Masing-masing punya momen sendiri, jadi kita merasa terhubung dengan nasib mereka.
Keseruan Menonton Snakes on a Plane: Guilty Pleasure Maksimal
Saya harus akui, ini bukan film masterpiece. Tapi ini tipe film yang kamu tonton waktu pengen bersenang-senang tanpa harus mikir keras.
Saya nonton ini malam-malam, habis makan, niatnya santai aja. Tapi akhirnya saya teriak-teriak sendiri waktu ular mulai menyerang satu per satu penumpang.
Dan lucunya, makin lama film Snakes on a Plane berjalan, makin saya “invested”. Saya mulai peduli sama karakter-karakter yang awalnya terasa seperti karikatur. Saya pengen mereka selamat. Saya gregetan waktu si rapper egois mulai berubah jadi orang yang care sama orang lain. Saya sedih waktu ada pramugari yang… ya, kamu tahu lah, kena gigit ular dan harus berjuang sendirian.
Ada juga adegan kocak, kayak waktu seekor ular nyangkut di… ya, bagian tubuh cowok yang sedang di toilet. Sakitnya bisa kerasa dari layar. Tapi karena penempatan timing-nya pas, kamu bakal ketawa sambil meringis.
Dan jangan lupakan soundtrack-nya yang edgy banget. Cocok buat nambahin nuansa “gila tapi seru”.
Part Menegangkan yang Paling Membekas Buat Saya
Kalau saya disuruh pilih satu part yang paling menegangkan, saya bakal bilang adegan saat pesawat mulai kehilangan kontrol karena pilot tergigit ular.
Jadi ceritanya, saat para penumpang mulai merasa “aman”, ternyata masih ada ular besar jenis boa yang sembunyi di ruang mekanik. Ular itu menggigit pilot, dan pesawat pun mulai goyah di udara. Pramugari panik, penumpang menjerit, dan hanya satu hal yang bisa menyelamatkan mereka: penumpang yang punya lisensi game simulator pesawat!
Absurd? Banget. Tapi karena tensinya udah tinggi dari awal, waktu itu justru terasa keren.
Saya sampai tepuk tangan sendiri waktu si gamer itu berhasil mendaratkan pesawat. Konyol, tapi bikin lega luar biasa. Dan kayaknya, dari situ saya belajar satu hal penting:
Kadang yang kamu anggap nggak penting justru jadi penyelamat di saat krisis.
Pelajaran yang Saya Ambil dari Film Snakes on a Plane
Aneh sih ya, belajar dari film berjudul “Snakes on a Plane.” Tapi serius, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:
Jangan remehkan kekuatan hiburan absurd.
Kadang kita butuh hiburan yang nggak realistis, tapi tetap punya hati. Dan film Snakes on a Plane punya itu semua.Panik adalah musuh utama dalam situasi krisis.
Di film Snakes on a Plane , penumpang yang selamat adalah mereka yang bisa tetap tenang dan bekerja sama. Nggak cuma di film, tapi juga di kehidupan nyata.Jangan menilai film dari judulnya.
Saya nyaris melewatkan film ini karena mikir “yaelah apaan sih”, tapi ternyata salah besar. Ini justru salah satu film paling memorable yang pernah saya tonton.
Apakah Film Ini Layak Ditonton?
Kalau kamu suka film yang langsung to the point, penuh ketegangan, dengan bumbu aksi dan sedikit komedi gelap, ya—wajib tonton.
Tapi kalau kamu tipe yang butuh logika kuat dan cerita mendalam kayak di film Christopher Nolan, mungkin kamu bakal pusing sendiri. Film ini bukan buat dianalisis, tapi buat dinikmati mentah-mentah.
Dan jujur, setelah nonton film ini, saya jadi parno naik pesawat selama beberapa hari. Setiap kali buka bagasi atas, saya refleks lihat dulu—takut ada ular nyempil. Aneh banget emang, tapi ya efek film ini tuh nyata.
Kesimpulan
Snakes on a Plane adalah salah satu pengalaman nonton yang nggak akan saya lupakan. Bukan karena kualitas sinematiknya yang luar biasa, tapi karena bagaimana film ini membuat saya tegang, tertawa, dan bahkan berteriak.
Film ini mengajarkan saya bahwa kadang kita cuma butuh duduk, nonton, dan menikmati kegilaan yang terjadi di layar. Dan kalau itu bisa bikin kita lupa sejenak dari stres dunia nyata, ya kenapa nggak?
Jadi buat kamu yang belum nonton, coba deh tonton malam-malam, lampu mati, volume agak gedein, dan siapkan cemilan. Siapa tahu kamu juga bakal bilang,
“Saya nggak nyangka bakal suka banget sama film ini.”
Kalau kamu suka artikel seperti ini, kasih tahu ya. Saya bisa bahas film kultus lainnya yang underrated tapi seru banget buat ditonton. Dan kalau kamu punya pengalaman nonton Snakes on a Plane juga, drop di kolom komentar. Biar kita bisa sama-sama ketawa (dan merinding) bareng.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Film Sebelum 7 Hari Viral di Bioskop! Ini Alasan Kenapa Banyak Orang Nangis Nontonnya disini